EM dan Asam Jawa

August 4, 2008 at 1:00 am | Posted in MEDIA TANAM, PEMUPUKAN DAN ZPT | 6 Comments

pak Faris dan pak GK mohon lebih khusus diulas penggunaan EM4 bagi aglonema.

Barangkali Mr. Faries baru sibuk, sementara tak jawab dulu. Masih seperti dulu, sepanjang itu untuk hobi ya ndak masalah. Mean while bagi  keperluan aplikasi yang lebih luas, silakan baca dulu lampiran – pokok pikiran dan gagasan dari konseptor awal EM (Dr. Teruo Higa). Harusnya minimal lulusan Kejar Paket C sudah bisa meraba jawabannya.

air perasan asam jawa supaya media tanam menjadi asam untuk membuat mutasi  

Saya belum pernah dengar senyawa yang ada di dalam ‘asam jawa’ bersifat mutagen. sekaligus mencerahkan warna merah aglo

Teori bakunya , kecerahan pigmen warna dipengaruhi tingkat keasaman (pH) vacuola (rongga sel). Yang perlu dipahami selanjutnya, bahwa pH media tidak mempengaruhi pH rongga sel (umumnya rongga sel dari sononya memang sudah asam, pH 5–6 : Russell Jones, 2001). Namun bila media dalam keadaan asam (katakan saja < 5) maka beberapa ion logam tertentu menjadi lebih mudah diserap tanaman. Yang mana saat unsur logam tersebut berada di rongga sel dan diikat antosianin, akan merubah tampilan pigmen warna (Hank Becker, 1996). Dus sebenare bukan asam jawa yang menyebabken cerah. Di beri urea pun, media akan menjadi asam. Urea dan kecerahan aglao ? Silakan buktikan sendiri (walau saya lebih suka menyebut urea menambah tingkat vibrasi warna pigmen).

Karena tingkat keasaman media mempengaruhi diversitas penyerapan ion tertentu oleh tanaman, pada akhirnya juga mempengaruhi rasio pembentukan kloropil dan karoten di plastid. Di file lama ada diskusi tentang ini, bisa dicari.

 

Ganggeng Kanyoet

Jangan lupa : cahaya matahari meningkatken pH vacuola dan meningkatken konsentrasi pigmen photoprotectans……

6 Comments »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

  1. Inilah uniknya dunia pertanian pak, semua betul2 sangat mudah berubah. Kita kritisi sedikit tulisan di atas. Ada yang unik memang, sepengetahuan saya respirasi anaerob akan menghasilkan panas lebih tinggi daripada respirasi aerobik, hanya energi yang dihasilkan lebih sedikit. Ini rumusannya:

    Pada respirasi aerobik gula akan dirombak menjadi energi melalui sebuah siklus (siklus calvin klo ga salah) dan menghasilkan buangan berupa 6CO2, 6H2O, dan 38 ATP (Adenosin Triphosphate) yang merupakan sumber reaksi energi.

    Pada respirasi anaerobik (fermentasi). Gula dirombak dalam suatu siklus yang sangat cepat (siklus asam laktat klo ga salah) dan menghasilkan produk akhir berupa alkohol C2H5OH (ethanol), CO2, dan hanya menghasilkan 2 ATP.. bandingkan dengan aerobik yang 38 ATP.

    Nah reaksi anaerobik ini menghasilkan energi berupa panas, bukan ATP. makanya pasti menghasilkan suhu jauh lebih tinggi daripada aerobik.. ini uniknya tulisan di atas, tetapi bukan berarti salah… hanya saja mungkin ada yang harus dibaca lebih detail, atau ini mungkin suatu eksperimen saja

    Saya ga bilang klo respirasi anaerobik secara langsung membunuh patogen, tetapi panas yang dihasilkan, dan kondisi lingkungan yang terbentuk pasca fermentasi akan membuat si patogen menjadi tidak betah dan kemudian tidak mampu menyerang tanaman.

    Tentang biological antaogins agent (Agen antagonis alami). Hal ini memang secara efektiv menekan pertumbuhan penyakit, tetapi ada beberapa kondisi yang membuat mereka juga bisa menjadi tidak mampu berbuat apa2. Setau saya saat ini baru 3 jenis jamur dan bakteri yang dikembangkan sebagai agen antagonis penyakit, yaitu Gliocladium fimbriatum (jamur), Pseudomonas inflorescens (bakteri), dan Trichoderma sp. Sementara klo buat hama baru Baccilus thuringensis (Bakteri)

    Pak Sunardi yang baik cieeee.. hehehhe, Semua jenis asam lemah tidak bisa menurunkan pH media secara efektif. Sebab media tanam terutama yang menggunakan bahan organik baik itu inert atau pun tidak memiliki daya sangga pH. Yaitu suatu sistem untuk mempertahankan nilai pH. Apalagi yang menggunakan tanah. Selain itu, asam lemah sangat mudah terhidrolisis atau teroksidasi sehingga hilanglah sifat2 kesamannya

    Jadi saya agak menyangsikan klo air asam jawa (pastinya asam lemah) dapat menurunkan pH secara efektif.

    Secara umum memang ada 3 hal yang menyebabkan pigmen warna pada daun meningkat, yaitu:
    1. pH media
    2. Penggunaan retardan
    3. Amplitudo suhu yang besar (perbedaan rentang suhu siang dan malam yang cukup besar). Makanya pada daerah yang malamnya dingin, beberapa spesies aglo yang berwarna merah akan lebih ngejreng

    Semoga bermanfaat..

  2. pernah coba ukur ph tanah/air dengan kertas lakmus, ketika air sumur di test dengan kertas lakmus biru warnanya menjadi merah, artinya air sumur itu bersifat asam, kemudian karena masih ragu, diambil cuka (pasti asam), dicelupkan kertas lakmus biru warnanya berubah menjadi merah, pantes aja mobil mudah karatan ketika dicuci pakai air sumur, makasih

  3. terimakasih pak.
    bagaimana menggunakan cuka untuk aglo ? pengaruhnya ? berbahaya ?
    maaf pak GK, latar belakang serta gambaran pertanian organik Dr. Higa menarik dan saya setuju sekali.
    minim pupuk, lingkungan bersih, tanaman sehat, aman dikonsumsi.
    dari btuku-buku aglo dan pengalaman senior, selalu disebut sinar matahari dapat membuat pudar warna merah ? bagaimana ini pak ? buktinya aglo di pameran kebanyakan pudar karena kepanasan.
    dari penjelasan pak Faris saya jadi maklum aglo di rumah merahnya tidak muncul optimal . saya tinggal di seputar Maguwo depan bandara Yogya beriklim panas.

    Sunardi

  4. hai

  5. pa gimana caranya agar air tersebut bisa digunakan agar normal kembali?
    soalnya dikampung saya air tersebut masih digunakan oleh warga?
    maksud saya gara ph nya menjadi normal kembali?

  6. Apa benar kapur dolomit mengandung kalsium tinggi?

    Maju terus pantang mundur


Leave a comment

Blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.